Rabu, 27 Oktober 2021

9 Alasan Anda Lebih Sering Digigit Nyamuk Dibanding Kebanyakan Orang



Ketika demam berdarah dengue (DBD) sedang mewabah seperti ini, salah satu upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah meminimalisir gigitan nyamuk. Namun bagi 20 persen manusia, hal ini hampir mustahil untuk dilakukan. Pasalnya, darah mereka terasa lebih enak bagi nyamuk sehingga lebih sering digigit dibanding orang-orang pada umumnya. Para peneliti memang belum tahu cara untuk mengubah kondisi ini, tetapi mereka telah mengetahui beberapa penyebab 20 persen manusia ini lebih sering digigit nyamuk. Berikut paparannya:

1. Golongan darah Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Medical Entomology pada 2014 menemukan bahwa risiko orang bergolongan darah O untuk digigit nyamuk dua kali lipat golongan darah A. Sementara itu, orang dengan golongan darah B berada di antara kedua golongan itu.

Hal ini, menurut para peneliti, karena orang-orang bergolongan darah O dan B lebih sering mengeluarkan sinyal kimia yang menunjukkan golongan darah melalui kulit mereka. Nyamuk pun lebih tertarik pada orang-orang yang menghasilkan sinyal kimia tersebut daripada yang tidak.

2. Karbon dioksida Cara lain nyamuk mendeteksi mangsanya adalah melalui karbon dioksida yang kita hasilkan. Mereka memiliki organ yang disebut maxillary palp untuk mendeteksi karbon dioksida hingga jarak 50 meter. Inilah sebabnya orang dewasa yang menghasilkan lebih banyak karbon dioksida lebih sering digigit nyamuk daripada anak-anak.

3. Olahraga dan metabolisme Seseorang yang baru saja berolahraga lebih sering digigit nyamuk daripada orang yang tidak sedang berolahraga. Hal ini karena nyamuk menemukan korbannya dengan mencium asid laktik, asam urat, ammonia, dan zat-zat lain yang dikeluarkan oleh manusia melalui keringat. Nyamuk juga lebih tertarik pada mangsa yang temperatur tubuhnya yang lebih tinggi.

4. Bakteri kulit Sadarkah Anda bahwa nyamuk paling suka menggigit bagian kaki? Penyebabnya mungkin adalah koloni bakteri yang tinggal di area tersebut. Penelitian pada 2011 menemukan bahwa memiliki beberapa jenis bakteri dalam jumlah besar membuat kulit lebih menarik bagi nyamuk daripada kulit dengan banyak jenis bakteri. Bagian kaki biasanya memiliki koloni bakteri yang lebih kuat daripada bagian-bagian tubuh lainnya.

5. Bir Meminum sebotol bir bisa membuat Anda lebih menarik bagi nyamuk. Meski demikian, para peneliti belum dapat menjelaskan alasannya. Mereka menduga bahwa hal ini karena alkohol dapat meningkatkan etanol pada keringat atau menaikkan temperatur tubuh. 

6. Ibu hamil Beberapa penelitian yang berbeda telah menunjukkan bahwa ibu hamil dua kali lebih sering digigit nyamuk daripada orang pada umumnya. Ada dua alasannya. Ibu hamil menghasilkan 21 persen lebih banyak karbon dioksida dan pada umumnya 0,7 derajat celcius lebih hangat daripada rata-rata manusia.

7. Warna pakaian Anda mungkin sudah pernah mendengar akan hal ini. Nyamuk dapat menemukan mangsanya dari warna pakaian yang kuat, misalnya hitam, biru gelap, dan merah. 

8. Genetik Walaupun belum bisa dipastikan, para peneliti memperkirakan bahwa faktor genetik memiliki pengaruh hingga 85 persen terhadap seberapa menarik seseorang bagi nyamuk. 

9. Tidak punya penangkal nyamuk Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa ada orang-orang tertentu yang sangat jarang digigit nyamuk? Para peneliti di laboratorium Rothamsted Research pernah menggunakan kromatografi untuk menyelidikinya. Mereka menemukan bahwa beberapa orang memang menghasilkan molekul-molekul tertentu yang tidak disukai oleh nyamuk. Ke depannya, mereka berharap untuk dapat menggunakan pengetahuan ini dalam membuat penangkal nyamuk yang lebih efektif.


Rabu, 28 April 2021

Bagaimana Hukum Puasa Ramadhan Bagi Ibu Hamil dan Menyusui?

6 Pertanyaan Yang Biasa Diajukan Oleh Ibu Menyusui Tentang Puasa


Pada bulan Ramadhan, tentunya semua umat muslim di seluruh dunia akan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh.

Dalam Islam pula, Allah SWT memberikan keringanan bagi wanita untuk tidak melakukan puasa, seperti ketika sedang hamil dan menyusui. Lantas, bagaimana hukum puasa bagi keduanya di bulan Ramadhan?
Menjalani puasa di bulan Ramadhan wajib hukumnya bagi setiap muslim. Mereka yang menunaikan puasa, akan menahan diri untuk tidak makan dan minum. Sedangkan khusus ibu yang sedang mengalami kondisi hamil dan menyusui, mereka mendapatkan keringanan atau rukhsah alias tidak menjalani puasa pada bulan Ramadhan.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, "Sungguh Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mulia telah membebaskan puasa dan separuh salat bagi orang yang bepergian, dan membebaskan pula dari puasa orang hamil dan orang yang menyusui.” (HR al-Khamsah)
Karena dua kondisi tersebut, mereka diharuskan untuk menggantinya dengan membayar fidyah sebanyak 1 mug atau kurang lebih sama dengan 0,6 kg, setara dengan ukuran dan harga makanan yang ia makan sehari-hari. Aturan fidyah tersebut telah disepakati oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 184 yang artinya :

"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."

Khusus untuk wanita yang menyusui, terdapat tiga kelompok ibu menyusui yang diperbolehkan untuk meninggalkan puasa. Pertama, karena alasan kesehatan dirinya sendiri. Kedua adalah ibu menyusui yang meninggalkan puasa demi kesehatan bayinya. Kedua kelompok ini diwajibkan mengganti puasa di luar bulan Ramadhan.
Sedangkan kelompok ketiga, yaitu ibu menyusui yang meninggalkan puasa karena kesehatan dirinya dan bayinya. Karena hal tersebut, ia waji mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan dan membayar fidyah.
Sebenarnya, dengan berpuasa produksi ASI tidak terlalu berdampak. Hal ini dikarenakan penurunan asupan kalori tidak akan memengaruhi produksi ASI. Meski begitu, setiap wanita memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda. Ada yang produksi ASI-nya tidak begitu berdampak jika menjalani puasa. Nmaun, ada pula yang mengalami masalah menyusui saat puasa. Makanya, dibutuhkan konsultasi lebih dulu sebelum memutuskan untuk berpuasa.

Nah, itulah sedikit penjelasan hukum puasa bagi wanita hamil dan ibu menyusui. Puasa Ramadhan memang diwajibkan bagi setiap muslim. Namun, bagi ibu hamil dan menyusui sah-sah saja jika tidak menjalankan puasa, tetapi harus menggantinya dengan membayar puasa di luar bulan suci Ramadhan dan membayar fidyah.